Posts Tagged ‘Fotografi’

Record track Gunung Guntur dari viewranger per 15 menit -1

Record track Gunung Guntur dari viewranger per 15 menit -1

Record track Gunung Guntur dari viewranger per 15 menit -2

Record track Gunung Guntur dari viewranger per 15 menit -2

Sebenernya perjalanan ke gunung yang satu ini di luar rencana, mhmm, masuk rencana ga sih sebenernya, ya pokoknya gitu lah. Nanti ane ceritain bro lebih detail.

Bermula dari respon ke broadcast twips ane. Iseng-iseng di twitter posting ajakan nanjak ke Gunung Slamet. Emang sih, seinget ane nih Gunung Slamet sempet geleng geleng, tapi seinget ane juga udah setahun yang lalu. Jadi, ane berasumsi, ini gunung tepatnya ini hari lagi lancar-lancar aja buat didaki. Gunung  yang dengan ketinggian 3432 mdpl itu begitu menarik untuk dijelajahi, terutama buat rekan-rekan yang kehabisan tiket kereta dan jarak masi bisa ditempuh dengan bus. Sampe akhirnya dapet info dari twitter kalo gunung itu masih tutupan, ditambah lagi ane konfirmasi sama “mbah marijannya” itu gunung, eh dia jawab bener & mengiyakan kalo slamet masih tutupan.

Nanjak terancam gagal!

Wah buru2 laporan bung Sony kalo Slamet tutup. Pilihan kita alihkan ke beberapa opsi. Salak, Pangrango, Sindoro, & Guntur. Haha, ini namanya nanjak by accident. Ibarat lagi jalan kaki, eh gunung apa tuh, nanjak yuk. Yuuuk. Kayaknya asik tuh gunung, begitu lah kurang lebih ceritanya.

Okey goreng pilihan. Salak deket, bisa jadi pilihan utama. Pangrango, mhmmm, hello simaksi apa kabar bang, kaga ada simaksi buat Pangrango, kemungkinannya kecil. Sindoro, bisa jadi tapi ada resiko kendaraan, kabarnya kendaraan ga boleh sampe puncak (aduuh, tepok jidat). Guntur, boleh juga, deket walopun kelihatannya ga begitu menantang. Aaaahh, gaya!. Sebaiknya anda jangan ngikutin sifat yang ini. Jeleek, jelek banget, kenapa? Nanti juga tau.

Okay. 30 April 15. Meeting point terminal Kampung Rambutan. Tujuan Gunung Salak. Ane berangkat dari rumah, Cipayung, turun di pintu keluar pas Kp Rambutan. Jeng jeeeeng. Ahoyy. Rame bener bro. Gila bumi perkemahan Cibubur udah pindah kesini bang. Ada yg di emperan toko, ada yg di depan gerbang kantor TNI ada yg di trotoar, ada yg di dalam bis, ada yang di bawah bis (aduuh, tepok muka, bukan jidat lagi). Okey, objektif nungguin Sony yang berangkat dari Tanjung Priuk. Clingak clinguk jam, sampe jam10 belom kelihatan biji sama batangnya, (biji matanya maksudnyaa ngeres aja nih, terus kalo bataang, nah loh). Setelah hitungan jam sampe akhirnya nampak juga dia.

Setelah formalitas ngobrol sana sini, ok, karena kami ini sudah cukup kelamaan disini akhirnya ngeliatin bus yang ke arah Sukabumi. Setelah beberapa menit akhirnya dapat titik cerah. Bus ke arah Sukabumi udah habis. Congratz brooo. Haha. Seriuss!. Dan memang selidik demi selidik bus memang dah habis. Pikir otak lagi, muncul ide Gunung Guntur. Guntur dipilih karena sudah disebutkan tadi, plus busnya kaya terong sayur, sebentar sebentar ada. Tapi tetep tekad ke Salak masih belum pudar.

“Kita tunggu 10 menit lagi”, ujar ane ke Sony.Sampe akhirnya hopless merambah ke tingkat dewa. Celetuk ke Sony, “Oke Son ini yang terakhir, pokoknya bis apapun yg ada setelah ini, kita ke gunung itu”.

Kami pun satu suara. Pelan-pelan bis muncul, jeng jeng bis ke arah garut! Dan kerennya lagi, berderet, ga pake dua, empat sekaligus. Ckckckck. Ok son, that’s then our choice. Lanjut masuk bus. Duduk manis, and ngorok! Haha. Setelah searching info sedikit pastinya.

wpid-picsart_1431570145956.jpg

Mountaineer Silhouette

Informasi mengenai Guntur.

Jadi Gunung Guntur itu bisa di tempuh dari Jakarta melalui Kampung Rambutan. Tiket bus AC bulan Mei ’15 sekitat 52 ribu, non AC sekitar 40 ribuan. Dan yang harus di perhatikan. Gunung Guntur tidak seperti saudara dekatnya Cikuray & Papandayan yang mengharuskan kita mengakhiri bus hingga pool, Guntur harus berhenti di POM BENSIN TANJUNG, yes gede tulisannya biar terang (sebenernya ga ada hubungan gede sama nyala, kok jadi terang). Harus berhenti disitu karena pas banget di kaki Gunung Guntur. Biasanya kenek bakal teriak-teriak kaya orang kelaparan buat rekan-rekan yang bakalan turun di Guntur, oiya jangan lupa kasi pesan biar di reminding sama abangnya.  Mendaki ke Guntur yang penting jangan lupa bawa sepatu, ini karena treknya yang berpasir, bawa celana yang rada tebal, apalagi buat cewek yang kalo turun glesoran, bawa fotokopi KTP, gembok kecil untuk gembok tenda atau tas, bawa sunblock, bawa domba kambing sapi ketupat kebo (lu kira mao lebaran haji disono) beduk sekalian

Guntur adalah gunung dengan ketinggian 2249 mdpl, bersebelahan dengan Gunung Masigit, Gunung Guntur ini bukan merupakan gunung tunggal. Gunung ini merupakan kompleks gunung, dengan gunung pendukung di sekitarnya. Gunung Guntur sendiri memiliki 4 puncak, ada yang bilang 5, tapi sepengelihatan ane ada 4. Dengan puncak terakhir adalah puncak tertinggi.

Akses ke Gunung Guntur dari pom bensin Tanjung ini beberapa menit saja masuk ke gang sebelum pom bensin tersebut. Buat rekan-rekan yang beruntung bisa dapet tebengan truk pasir yang lalu lalang. Atau kalau enggak mau bersusah payah bisa mengeluarkan kocek 10ribu rupiah. Menggunakan mobil pick up yang terkadang ada di sekitaran pom bensin tersebut. Atau buat kalian yang udah tujuh bulan kaga nanjak, macam ane gini sodara-sodara (seharusnya), bisa langsung angkat carrier dan menyusuri jalan setapak demi setapak, selama 30 menit kira-kira. Tapi kenyataannya nyewa pick up juga (ssstt, jangan berisik dong).

Persiapan Mendaki

Ok turun dari bus, langsung ke musholla dan solat subuh. Ini nih sebagian perilaku yang kurang tepat dari temen-temen pendaki yang ane perhatikan. Jangan cuma jadikan serambi mushollanya buat tidur, dan toiletnya buat berak, tapi giliran azan buru-buru sok ga ngedenger. Warning!. Jangan gitu ya bro. Kalo ga terbiasa solat, tolong hormati paling enggak solat subuh, secara dah pake mushollanya. Sekedar mengingatkan, alangkah baik jika kita saling mengingatkan. cling cling cling (kedip mata).Sip ya. Sholat udah packing back udah. Angkat tas carrier langsung cari sarapan.

Tanda dimana sudah sampai di tempat pelaporan adalah truk atau pick up yang rekan-rekan tumpangi berhenti (yaiyalah), nah itu lah tandanya. Ada gapura beton pas lurusan menuju arah gunung, di sebelah kanannya ada tempat pelaporan. Gunung guntur tidak seperti tempat pelaporan gunung lain, gunung guntur hanya ada rumah pak RT untuk melapor dan menyerahkan KTP atau fotokopi KTP sebelum berangkat, dan memberikan dana seikhlasnya.

Kami menyewa pick up tidak berduaan, kalo berduaan terlalu kaya karena otomatis membiarkan pik up bagian belakang kosong melompong (aduuh, sombong belakang melompong). Kami menyewa dengan 2 tim pemberangkatan lain, 1 tim lagi salah satu personilnya sudah ane kenal, dia junior di kampus dulu, anak fakultas ekonomi. Satu grup lagi ane ga tau, terdiri dari 4 orang dan emang kayanya empat orang ini keblangsak (baca: nelangsa) banget hidupnya, haha, peace booy!.

Ada Deni, Adih, Nizar dan Arif grup keblangsak ini semuanya dari Tangerang.

Setelah pelaporan 1 grup yang siap langsung duduk-duduk dulu. 1 grup walaupun keblangsak tapi siap juang. Nah kami segera mengakuisisi grup ini, bahasanya berat kan, sampe ane sendiri ga tau artinya. Setelah berkenalan dan sedikit pemanasan serta pemerasan, lotion maksudnya, ekke kan ga mau kalah laah sama yang di perempatan. Haha. Lotion ini perlu karena karakter Guntur yang gundul, jarang pepohonan, membuat matahari tanpa halangan langsung ke epidermis saudara-saudara.

Perjalanan Mendaki

Peta fotokopian jalur Gunung Guntur

Peta fotokopian jalur Gunung Guntur

Masuk ke kaki gunung kami disuguhi pemandangan batu yang luar biasa, masuk terus melintasi pabrik pengolahan pasir. Pelan-pelan hingga akhirnya mulai masuk ke hutan, tercover dengan pepohonan di sekitar. Perjalanan berliku, hingga menemukan vegetasi pinus yang tidak terlalu rapat. Masi menanjak, hingga nanti menemukan turunan dengan suara gemericik air. Disitu kami beristirahat dan mengisi persediaan air. Kata orang ini air terakhir, diatas sudah tidk bisa ditemukan lagi, yasudah karena dari 6 orang kami belum pernah ke Guntur sebelumnya langsung aja isi penuh amunisi.

Pemandangan pembuka sebelum hutan

Pemandangan pembuka sebelum hutan

Perjalanan terus berlanjut. Kali ini kami bertemu dengan trek vertikal. Belum memasuki wilayah sabana Guntur. Masih dalam rangka menuju pos 2. Ini wilayah pertama di Guntur yang mempertemukan lutut dengan dagu. Ckckck. Trek bebatuan vertikal, yang bukan cuma pake kaki, tpi juga pake tangan saat jalan. Kalo dilihat dari viewranger, software dari android, perjalanan disini cukup pelan tapi kontinyu, tidak terlalu banyak istirahat karena dibawah kita rombongan lain menanti. Jadi perjalanan harus cepat. Hingga akhirnya bertemu pos 2, yang tidak seperti pos lain. Pos 2 ini bukan tempat favorit untuk beristirahat, karena hanya tulisan yang dipaku ke pohon menunjukkan arah berikutnya.

Tanjakan vertikal menuju pos 2 & 3

Tanjakan vertikal menuju pos 2 & 3

Pos 3 ini salah satu tempat favorit untuk ngecamp, boleh dibilang ideal karena tempat yang cukup luas dan tersedia air. Nah loh, tadi perasaan ada yang bilang persediaan air terakhir. Yes, ada bisikan gaib, haha, yang mengharuskan kami mengisi air di bawah, dengan agak sedikit nyesel, lumayan satu jam lebih bawa 5 liter air. Ada pos pelaporan juga di tempat ini. Yang jelas puncak Guntur terlihat cukup jelas disini, dan cukup dekat, ya cukup dekat kalo pake helikopter. Kami berangkat pukul 8 dan di pos 3 ini belum sampe jam 12 siang yang artinya, pos 3 Ini belum setengah perjalanan. Welcome broo..

Istirahat sejenak selepas pos 3

Istirahat sejenak selepas pos 3

Dari pos 3 ini sejatinya puncak 1 guntur sudah terlihat. Ya tidak seperti gunung lain yang dipenuhi pepohonan. Selepas dari pos 3 ini vegetasi pepohonan sudah mulai jarang ditemukan, ditemukan hanya satu dua sampai 10 selama perjalanan (aduuh tiba-tiba 10). Karena vegetasinya yang jarang pohon tinggi, membuat pendakian siang hari begitu menyengat dan satu dua pohon seperti menjadi oase di tengah padang pasir, banyak orang berebutan untuk berteduh. Tapi hal tersebut bukan menjadi halangan buat kami, kami terus menanjak tanpa lelah, tidak memperdulikan panas, karena memang kebetulan sedang mendung (aduh, ya allah ampuni hamba).

Seperti yang sudah ane ceritakan di awal, sudah lebih dari 7 bulan tidak nanjak dan nanjak langsung tanpa persiapan fisik, ini seharusnya yang tidak disarankan. Buat seluruh rekan-rekan sehebat apapun kalian, sesenior apapun kalian dalam urusan nanjak menanjak, yang namanya persiapan fisik adalah sebuah keniscayaan. Selama perjalanan paha kiri ane mengalami pegel yang meningkat menjadi keram, ane coba kontrol dengan memberikan beban ke kaki kanan, jadi terus menumpu ke kaki kanan. Cukup membantu sampai akhirnya keram dapat teratasi. Istirahat sejenak, tapi kejadian yang sama berulang, mungkin karena posisi istirahat yang kurang tepat juga, plus posisi melangkah saat nanjak. Yang ane pelajari jangan menanjak dengan kaki belakang dalam posisi lurus. Kaki belakang harus agak ditekuk sedikit agar otot tidak tertarik. Ane di posisi yang salah, sehingga kaki keram dua-duanya. Gile bro, ini ga pernah terjadi sama ane selama nanjak, dua duanya keram. Sehingga ane angkat tangan dan stop. Untungnya dari 5 orang rekan ane tersebut ada yang cukup ahli dalam pijat memijat, wah asik dong nanti di tenda (kode). Ane singsingkan celana dan mulai di treatmen sama Abang Deni. Thanks brother.

Pemanasan di tengah perjalanan yang malah nambah keram

Pemanasan di tengah perjalanan yang malah nambah keram

Perjalanan dilanjutkan sambil mengontrol keram ane. Waktu menunjukkan pukul 12.30 dan kami menghentikan perjalanan untuk sekedar istirahat dan mengisi perut kami yang memang sudah waktunya terisi makanan.

MSD. Makan Siang Darurat

MSD. Makan Siang Darurat

Perjalanan masih terus berlanjut, masih sekitar 3-4 jam lagi untuk mencapai puncak 1. Satu hal yang membuat kami terus berjalan  adalah target, ada yang teriak ke rekan-rekan, bro pohon yang disana kita berhenti entah pohon yang mana yang penting ada pohon di depan dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit, disana baru kita berhenti, sehingga semua orang berlomba-lomba mencapai pohon tersebut, lumayan itu bisa menjadi penyemangat, karena ada objektif dan target kecil. Memang lelah sekali karena menanjak terus straight tanpa pegangan dan terkadang pijakan yang mudah turun.

Kita bisa melihat pendaki lain di atas kita

Kita bisa melihat pendaki lain di atas kita

Ada kejadian lucu sekaligus mencengangkan saat kami hampir tiba di puncak pertama. Serombongan anak-anak SMA, atau SMP entah lah, looks young. Dengan bangganya mereka foto-foto di puncak 1 tersebut, setelah foto mereka perjalanan turun. Nah disini kejadian yang mencengangkan, karena turunan, mereka dengan berani lari tanpa kontrol mengikuti turunan. Satu dua langkah masih terkontrol, langkah ketiga dan keempat menjadi panjang dan tanpa kontrol, tubuh doyong ke depan, langkah kelima bukan lagi pakai kaki, tapi kepala, terus seperti itu hingga kami yang  melihat berteriak histeris, bercampur antara lucu dan takut, kita pun yang ngeliat jadi berlompatan seperti teletubbies (aduuh pak). Hingga akhirnya si bocah dapat mengontrol dengan tangan dan menghantam batu, baru ia berhenti.

“De enggak apa-apa”

“enteu, enteu, enteu (tidak)”. Duduk meringis sambil megang muka dan kaki

Cukup menghibur, upsss, haha. Masyaallah

Setelah hiburan yang mencengangkan tersebut tibalah kami di puncak 1. Istirahat setengah jam, diskusi mengenai tempat ngecamp dan kita putuskan di antara puncak 2 dan 3. Yang mana masih harus berjalan lagi, kurang lebih 30-60 menit. Okelah, let’s go. Perjalanan berlanjut, di tengah perjalanan menuju puncak 2 kabut turun disertai rintik hujan, Semua eksekusi jas hujan, ada juga tim yang pakai payung, berduaan, duh mesra banget, ekke mau cyiiin, haha, tapi Sony kagak. Alasan, raincoat ada di dalam. Nah ini yang harusnya jadi pelajaran juga, barang-barang yang sekiranya diperlukan di tengah pendakian seperti raincoat, flysheet, headlamp, makanan ringan, bunga mawar harusnya berada di tempat yang mudah diakses. Sony memutuskan untuk lanjut dengan kondisi seperti itu, karena memaksakan nanjak dengan kondisi kehujanan, kedinginan, ditambah tubuh yang kelelahan, cocok membuat angin masuk ke perut. Jadilah mual, puyeng dan masuk angin. Again, don’t do that bro!

Puncak Gunung Guntur 2 dari kejauhan

Puncak Gunung Guntur 2 dari kejauhan

Lonely ranger

Lonely ranger

Okay singkat cerita summit time. Haha. Tenda berdirinya mana bro, gak diceritain? ah biarin aja udah kebanyakan nih, kesian yang baca gak selese selese.

Ceritain doong

Kebanyakan, gak rampung-rampung ni

Ayo doong

Iye, yaudah.

Singkat cerita tenda berdiri, semua orang mengerjakan tugasnya masing-masing. Nizar dan Arif pasang tenda, Deni bikin parit, Ane ngediriin tenda juga dibantu sony yang baru aja kurang fit (aduuh, bahasanya janggal ya), beres-beres sekaligus masak juga. Sama Abang Adih jadi koki buat temen-temen semua. Hari itu cuacanya tidak cukup bagus sehingga malam dilewatkan begitu saja. Tapi sempet juga sih bakar api unggun yang hampir jadi tenda unggun sama nungguin babi hutan.

Babi hutan yang biasanya jadi musuh bersama, hari itu rupanya memberi berkah buat kami. Gimana bisa bro?, jadi pas bangun pagi kita dapet sekitar 10 liter air bersih, wow. Wah babi hutan rajin banget ngegotongin botol aqua ke tenda kita, haha, itu mah babi ngepet bukan babi hutan. Jadi gini, tenda kita saling berhadapan, dan digabungkan dengan flysheet, untuk menyangga flysheet di tengah, kita tahan dengan tracking pole, nah ini yang dilakukan babi hutan rupanya. Entah kenapa tracking pole sudah tergeletak di pagi hari, dengan kondisi semalam yang hujan rintik kita temukan flysheet sudah menampung air di sisi kiri dan kanan. Segera dengan sigap setelah badan rileks, Bang Nizar yang satu tenda sama ane langsung menampung air dan di total dapet 10 liter, keren, bisa berenang kitaaa.

Tenda cuma berdua, mesra banget. Oiya di tengah itu ada tracking pole

Tenda cuma berdua, mesra banget. Oiya di tengah itu ada tracking pole

Eh terus pas abis summit ada yang nanya, “wei bro dapet banyak banget aer dari mana ini. Perasaan kemaren jerigen karet dah abis dah”.

Haha. Padahal sebelum summit udah di jelasin.

Setelah mengisi perut terlebih dahulu, summit dilakukan. Tidak lupa membawa amunisi dan kertas berpesan-pesan (ada yang bilang, yang ini niat banggeet). Enggak pas subuh, tapi yang penting summit. Jarak dari tenda sampai ke puncak 3 setengah jam. Sebenarnya puncak 3 bukan puncak tertinggi, masih ada puncak 4, tapi karena track yang tidak mudah, turun jauh lalu naik lagi, menyebabkan puncak 4 tidak begitu favorit. Rata-rata pendaki berkumpul di puncak 3 ini.

Biarkan foto yang berbicara.

Kebersamaan

Kebersamaan

Ngopi-ngopi di ketinggian

Ngopi-ngopi di ketinggian

Background adalah puncak keeempat, puncak tertinggi

Background adalah puncak keeempat, puncak tertinggi

Balik summit makan pagi plus rapel makan siang. Berkemas, beres-beres tenda dan siap balik. So short but, enjoyable. Sebelum balik gaya duluu.

Solaria di ketinggian

Solaria di ketinggian

Action before track down

Action before track down

Perjalanan balik cukup unik, karena tidak seperti perjalanan mendaki yang ngos-ngosan, perjalanan menurun justeru menyenangkan. Kalo pernah ada yang cerita sampe ada yang bolong-bolong celananya, yang ini lain cerita. Dengan medan kerikil dan pasir membuat perjalanan menurun jadi cukup menghibur. Turun dan otomatis ngerem, jadi kaki tidak terlalu dapat banyak beban. Tapi sekalinya yang diinjak medan dengan kerikil dan pasir yang tipis langsung pada guling-gulingan. Deni nimpa Sony, Sony nimpa ane di depan, jadilah kita peyek. Untung ga guling-gulingan sampe bawah, coba kalo iya. Cerita ini adanya di koran, bukan di sini.

perjalanan menurun Gunung Guntur

perjalanan menurun Gunung Guntur

Trek kerikil pasir usai, masuk trek tanah, justeru ini yang melelahkan. Tapi akhirnya tiba juga. Dengan waktu tempuh mulai pukul 13.30 tiba pukum 16.30, yes done, cuma 3 jam turun ternyata. Padahal perjalanan nanjak start pukul 8.00 tiba pukul 16 lebih.

Setelah tiba di tempat pendaftaran kembali. Beres-beres dan mandi. Kenapa mandi? kalo ini pengalaman pribadi selepas dari Gunung Gede. Saya sarankan buat rekan-rekan yang habis turun gunung, jika ada waktu mandi lah. Kasihan orang di bus, bukan hanya penumpang lain, sesama pendaki pun kalo ketemu di bus, dengan bau yang menyengat, akan tidak merasa nyaman. Malah imagenya jadi buruk, pendaki gak ngurus, gembel, bau dll. Marilah bersama kita hilangkan image tersebut.

Perjalanan menuju terminal guntur. Karena kalo rekan-rekan naik dari pom bensin tanjung sudah dipastikan bakalan berdiri, berdiri sampe jakarta. Jadi pergi lah menuju terminal guntur terlebih dahulu. Dengan ongkos yang cuma 10 ribu per orang start dari pos pendaftaran dengan menyewa pick up atau angkot, itu bisa lebih baik. Dari terminal guntur tak lupa isi perut dulu, dan sekitaran pukul 20.00 bus langsung berangkat menuju terminal kampung rambutan.

Tiba di Kampung Rambutan kita berpisah, mereka berempat menuju Tangerang, Ane dan Sony menuju cipayung.

In every hiking there is always special story to be remembered.

So moral of the story: Terkadang babi hutan gak nyuri, malah kali ini bersahabat. Kalo ga ada babi hutan lain kali bawa aja lilin, tengah malem jangan lupa, jagain tuh lilinnya.

Foroda, 16 Mei 2015

.

.

.

PicsArt_1431572272545

“Jika tidak bisa mengingat semua, tulis semua”.

Jainal13.wordpress.com

Twitter: @jainalabidin

IG: jay_zayn